Terkadang tak semua keinginan dalam hidup bisa kita rengkuh begitu mudahnya. Padahal semua sudah di pelupuk mata, begitu dekat, senantiasa memenuhi dan mewarnai ruang-ruang hati kita. Membayangkannya saja sudah cukup untuk sekedar membuat jantung kita memompa aliran darah menjadi lebih cepat, membuat dada kita sesak, air mata ingin tumpah tapi semua seperti tersekat ditenggorokan. Semua perasaan tumpah ruah ditenggorokan berebut ingin keluar tapi tetap tak bisa keluar saking banyaknya sedang tak ada by pass valve yang akan membuka otomatis disaat beban perasaan terjebak disana. Yang ada kita hanya bisa mengatupkan kedua rahang kita lebih kuat sebagai counter balance karena asupan emosi yang harusnya keluar berupa teriakan, makian, tangisan menjadi tertahan.
Sejenak tubuh kita akan mengalami knocking akibat tendangan balik emosi kita yang akan membuat perasaan kita nyeri seperti diketok-ketok palu, ditusuk-tusuk ribuan jarum. Sebenarnya jika kita mau, by pass valve itu bisa saja kita ciptakan. Tapi semua kembali kepada tingkat penghargaan atas apa yang sedang kita inginkan. Semakin tinggi value keinginan kita semakin kuat kita akan berusaha untuk bertahan. Karena tak ada sesuatu yang bertahan jika instan. Tak ada kebanggaan jika sesuatu kita raih dengan jalan pintas. Tak selamanya ada jalan lain menuju Roma yang berakhir kebahagian.
Tuhan hanya memberikan keajaiban sekali dalam hidup yakni dengan memberi kesempatan kita untuk hidup. Setelah itu keajaiban adalah omong kosong. Nggak ada yang namanya keajaiban. Semua bermula dari sebab akibat. Nggak ada yang gratis dalam hidup ini. Semua harus direngkuh dengan susah payah. Keajaiban itu akibat atas suatu sebab. Karena meski Tuhan sangat penyayang sekalipun Dia nggak akan memberikan sesuatu secara cuma-cuma. Semua harus dengan usaha. Usaha keras kita itulah sebenarnya keajaiban, semangat kita itulah sebenarnya keajaiban. Percaya nggak ada keajaiban adalah keharusan, namun percaya Tuhan tidak akan mengabulkan adalah salah besar. Karena Tuhan akan mengabulkan setiap keinginan tepat pada waktunya.
Demi sesuatu yang menurut kita paling berharga seringkali perih itu bersalut keindahan. Menjadi teramat indah karena menyadari kita bisa melakukan sesuatu yang tidak setiap orang bisa menghadapi dan melakukan. Hanya berharap suatu saat Tuhan akan mengabulkan. Karena jika kita mau mengerti, sesuatu yang kita miliki hanyalah titipan. Kita bisa melakukan jalan pintas untuk merengkuh keinginan. Namun seberapa besar penghargaan kita atas keinginan? Jika memang sesuatu itu sangat berharga bagi hidup kita tentu kita akan bisa membuang jauh-jauh egoisme kita. Kita nggak akan pernah meraih sesuatu dengan menyakiti orang lain. Kita akan bisa mengelola nafsu kita yang akan menghancurkan orang lain. Karena apa… sesuatu yang ingin kita raih itu terlampau berharga, hingga terlalu murah jika kita peroleh dengan jalan pintas. Bukankah apa yang ingin kita miliki, tentunya kita berharap akan menjadi milik kita selama-lamanya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar